Elan.

_MG_2284

Kata orang,level tertinggi dari mencintai adalah sudah tau sisi terburuknya, tapi rasa cintanya tetap tidak berkurang.

Ini orangnya, yang nggak pake pedekate langsung jadian, yang baru 2 bulan pacaran udah piknik bareng ke Jogja dan ngasih cincin terus ngajak nikah, yang pas 6 bulan pacaran udah bawa mama papanya ke rumah buat ngelamar.

Namanya Tiyo Rakhmatullah Rhaendri. Gue manggilnya Elan, karena sesuatu hal yang jijik kalo diceritain disini. Gue cuma takut kalian gumoh kalo tau Elan itu artinya (Pangeran ➡ Pangelan ➡ Elan). Nah gumoh kan?

As i told you before, hidup itu asik. Gimanapun alurnya, gimanapun susahnya, pelajarannya pasti ada. Kali ini, gue banyak belajar banyak dari hidup…dan dari Elan.

Menjalin hubungan (yang lebih serius) sama cowok ini cukup seru dan menenangkan. Tuhan sudah mulai mengabulkan segala doa-doa perjodohan yang gue ajukan. Mencintai itu indah kalau, nggak ada “aku yang paling cinta” atau “kamu yang paling cinta”. Mencintai itu indah dan menenangkan jika “saling”.

Seperti hubungan pada umumnya, berselisih paham, berbeda pendapat, ngambek-ngambekan juga kita alamin. Tapi, semua berakhir dengan komitmen yang selalu kita jaga yaitu:

Boleh marah, ngambek, kesel, tapi paling lama satu jam, setelah itu diselesaikan dengan baik-baik

dan akhirnya, selesai masalahnya. Komitmen yang kita buat itu bertujuan untuk menghilangkan ego dan gengsi kami untuk memulai obrolan penyelesaian masalah.

Elan selalu ngajarin gue untuk berkepala dingin, tenang dan sabar, dengan cara dia menyelesaikan setiap masalah yang terjadi. Pokoknya, Elan adalah hati yang selalu membuat nyaman, aman, dan tenang. Thank you for letting me learn something good from you, thank you for being my best friend, my partner of life. You did good!