Selamat datang (di WordPress), anakku!

Salam kenal dari gadis kecil yang sekarang usianya sudah 6 bulan. Namanya Audrey Cetta Rhaendri, yang berarti perempuan tangguh, yang berpengetahuan luas, putri dari Ayah Rhaendri. Panggilannya Oddy, sebenarnya ini adalah singkatan dari tiyODIva, cuma Ibunya ngide nulis nama panggilannya dengan Oddy.


Bermula pada tanggal 18 November 2016, saat itu usia kandunganku sudah 39 minggu, tinggal menunggu 1 minggu lagi untuk due date kelahiran si jabang bayi. Saat itu, aku sudah mulai nggak karuan menahan kontraksi yang mulai lebih sering dari biasanya. Kebetulan, tetanggaku ada yang berprofesi sebagai bidan, jadi bisa diperiksa dulu, sebelum ke Rumah Sakit. Bu Bidan bilang, kalau kontraksiku sudah 2 menit sekali, baiknya ke Rumah Sakit saat itu juga, padahal waktu itu sudah jam 10 malam. Sempat mengurungkan niat untuk ke RS dan berusaha menenangkan diri, tapi Ibuku sudah khawatir dengan kondisiku yang sepertinya lebih lemah dari biasanya.

Siloam Hospitals Lippo Village,  November 18th 2016 10.35 PM

“Bu, ini sudah ada kontraksi, tapi belum terlalu kuat kontraksinya, sebaiknya Ibu pulang dulu saja, nanti kalau sudah muncul bercak darah, atau air keruh keluar lewat vagina, Ibu boleh datang lagi kesini ya. Besok jadwal kontrol dengan Dr. Patrick Bayu kan Bu? Besok kontrol ya”, kata perawat RS, sambil memeriksa hasil rekam jantung bayiku.

Tuh kan! Cuma kontraksi palsu. Aku agak sedikit kecewa karena aku sebenarnya sudah nggak sabar mau ketemu Oddy. Tapi baiklah, yang penting bayiku sehat dan selamat.

Siloam Hospitals Lippo Village, November 19th 2016

Saya menceritakan yang terjadi kepada Dr. Patrick Bayu, SPOG keesokan harinya.

Setelah di USG, placenta yang pada saat kontrol sebelumnya menutup jalan lahir sudah mulai menggeser katanya, saya sudah agak deg-degan campur senang karena kemungkinan bisa melahirkan dengan jalan normal, tapi setelah diperiksa “dalam” oleh Dr. Patrick, ternyata janinnya belum masuk tulang panggul, sedangkan saat itu sudah mendekati due date melahirkan.

“Bu, bayinya masih jauh, belum tersentuh jari saya, hari Selasa kita SC ya, hari Senin Ibu sudah bisa dapat kamar”. Waduh! Jadi gini rasanya tau kalau dalam waktu dekat akan melahirkan. 

Rumah, November 20th 2016

“Nduk, ada baiknya kalau mau melahirkan, minta maaf dan minta doa restu juga ke suami, mertua, saudara dan temanmu, insya Allah lancar.”

“Inggih, Bu”.

Lalu, terbayang-bayang kalau selama ini banyak dan sering kali berbuat salah dengan suami, orang tua, mertua, keluarga lainnya, dan teman-teman.

“Dari hati yang paling dalam, Diva mohon maaf lahir dan batin, serta mohon doa restu agar proses persalinan ini lancar, sehat dan selamat”

Siloam Hospitals Lippo Village, November 21st 2016

Ku kira, aku ke RS cuma ngurus kamar, ternyata harus langsung stay, karena perlu CTG, check darah, dll, padahal nggak bawa baju ganti, nggak bawa charger, pergi ke RS pun sendirian.

Hari ini, adalah hari pertamaku bersahabat dengan jarum suntik, biasanya baru lihat aja sudah takut, itupun karena pikiranku selalu menyugesti agar tenang, melahirkan itu pasti akan sering berhadapan dengan jarum.

Semua berjalan lancar, dan aku sudah mulai puasa, karena jam 9 pagi besok aku sudah harus masuk ruang operasi.

Siloam Hospitals Lippo Village, November 22nd 2016

“Ibu masih puasa kan Bu? Gimana bayinya masih lincah kan gerakannya? Yuk kita siap-siap ke ruang operasi ya, Bu. Santai aja ya, nggak usah takut, prosesnya cepat, nggak sakit”

Hhhh tetap aja, takut! Sesampainya di ruang tunggu operasi, aku sibuk bujuk suster dan dokter anastesi agar memberikan obat tidur sebelum pembiusan, tujuannya agar aku nggak merasakan suntikan anastesi di punggung yang kata orang-orang sakit itu.

Surgery room, Siloam Hospitals Lippo Village, November 22nd 2016, 09.10 AM

Aku panik. Panik. Semakin berjalannya waktu, aku semakin panik. Perawat ngajak ngobrol ngalor ngidul, tapi pikiranku tetap pada jarum, pisau, kateter, dll.

Surgery room, Siloam Hospitals Lippo Village, November 22nd 2016, 10.00 AM

“Yuk, geser dulu pindah tempat yaaa. Sudah waktunya melahirkan, Ibu Diva. Santai aja, ruangannya enak kok, ada TV, full music”

“Hehe iya, Sus. By the way, gimana bisa nggak pake obat tidur, sebelum anastesi?” Aku masih terus bujuk suster dan dokter anastesi yang daritadi menenangkanku.

“Kalau operasi lain bisa, tapi kan Ibu mau melahirkan, nanti kalau anaknya malah tidur pas keluar gimana? Nanti nggak nangis lho bayinya” Ucap suster yang daritari ku lihat terus bulu matanya.

Semua berjalan lancar, ternyata pemasangan kateter juga setelah anastesi jadi nggak terasa sakitnya, proses anastesinya sendiripun ternyata nggak sakit, jarumnya kecil, cuma kayak ditusuk rambut di punggung, lalu tiba-tiba seluruh bagian perut ke bawah jadi kesemutan dan mati rasa.

Sambil ngelirik lampu operasi yang berada diatasku, aku lihat sedang diapakan perutku. Disayat perlapisan kulit, sampai terlihat sesuatu yang menggelembung! Yeaaay! Oddy sudah kelihatan!

“Bu, bayinya masih di dalam amniotic sac nih!” Teriak Dr. Patrick.

“Yeaaaay! Ayo dong, Dok pecahin, aku mau lihat dan dengar bayiku nangis”

Setelah dipecahkan amniotic  sacnya, aku belum juga mendengar tangisan bayiku.

“Dok, kok nggak nangis? Bayiku nggakpapa kan?” Kataku cemas.

“Mau denger nangisnya ya? Sebentar” lalu dibaliknya badan Oddy, kaki di atas, dan kepala di bawah, ditepuknya tengkuk (atau punggung, aku kurang jelas) lalu suara tangisannya kencang sekali dan seketika suasana ruang operasi mendadak ramai namun haru. Semua yang ada di dalam ruangan tepuk tangan dan mengucapkan selamat kepadaku.

 

Lahirlah puteri kecilku yang selama setelah menikah ku sebut dalam doa, ku mohon kepada Allah akan kehadirannya, keselamatannya, kesehatannya, kesholehannya, dan permohonan baik lainnya.

Duniaku dan suamiku, seketika berubah. Semua menjadi lebih lengkap, lebih menggemaskan, lebih seru, lebih berharga!

Oddy dibersihkan, dan siap untuk diadzankan Ayahnya. Ibu? Masih tiduran lanjut nutup perut yang masih menganga hahaha. Alhamdulillah proses persalinanku, lancar dan tidak semenakutkan itu, bahagianya tidak terkira.

Rasa sakit pasca operasi? Nggak perlu dijelaskan, karena sakitnya tertutup dengan rasa bahagia punya gadis kecil yang tadi abis makan bubur sop buatan Ibunya.

Leave a comment