Oddy, sabar ya nak.

Karena sabar adalah satu-satunya pilihan yang aku dan Oddy punya saat ini, aku harus sabar mendengar tangisan Oddy yang nggak mau ditinggal sebentar barang ke kamar mandi, Oddypun harus sabar ketika jatuh, kejedot, saat belajar duduk atau merangkak, sabar untuk tidak menangis, ketika aku harus melakukan aktivitas lain, dll.

Oddy is a cranky yet smart baby. Oddy sering kali menangis hanya karena aku tinggal ke kamar mandi, nggak cuma itu, bahkan kadang Oddy nangis penuh drama karena nggak mau dicuekin ketika aku harus balas chat customer kain batik jualanku, tapi aku yakin, Oddy bisa diberi pengertian.

Oddy adalah bayi yang cukup aktif. Pernah suatu ketika Oddy kejlungup saat belajar merangkak, kelilit bedcover, kejedot tembok, jatuh dari kasur, dll. Menangis? Pasti. Aku menenangkannya dengan mengusap bagian yang sakit, sambil memberi pengertian kepadanya untuk bersabar. “Mana yang sakit nak? Oh ini ya? Iya nih benjol, sabar ya nak, jangan lama-lama ya nangisnya, nanti sesak nafasnya. Itu tadi namanya jatuh, kalau jatuh itu sakit ya nak? Nggakpapa ya, kalau nggak jatuh, Oddy nggak belajar”

Hal-hal seperti itu yang membuatku beberapa kali merasa kesulitan ketika sedang berdua dengan anakku. Aku nggak punya bantuan lain untuk menjaganya, ketika aku harus melakukan hal-hal penting lainnya seperti memasak, mencuci piring, mandi, dll. Karena nggak mau mengambil resiko saat aku melakukan pekerjaan lainnya, aku nggak punya pilihan lain selain meletakan Oddy di bouncer atau booster seat-nya sambil memberinya teether atau mainan dan mengajaknya ikut melihatku melakukan aktivitas. Harapanku, agar Oddy terbiasa dengan semua rutinitasku.

Meskipun awalnya Oddy menolak dan menangis, aku nggak pernah lelah memberikan pengertian kepadanya kalau Ibunya harus melakukan semuanya sendiri. Untuk itu, aku butuh kerjasamanya dengan bersabar.

Biasanya, ketika aku memasak atau cuci piring, Oddy ku letakan di bouncer-nya sambil nyanyi dan ngobrol, sambil ku jelaskan kalau aku harus masak untuk makan malam Ayah, dan harus membersihkan panci dan peralatan masak agar dapurnya segera bersih. Mungkin sebenarnya Oddy belum ngerti sih apa yang aku bilang, tapi aku selalu saja nggak peduli, Oddy ngerti atau nggak, aku selalu ngajak bicara Oddy layaknya Oddy sudah ngerti apa yang aku bicarakan. “Oddy nanti kalau sudah besar, bantu Ibu masak dan cuci piring ya. Sekarang Oddy nemenin Ibu masak dulu nak, sabar ya, nggak lama kok”

Aku selalu menekankan kata “sabar” ketika butuh kerjasamanya, agar Oddy belajar memahami kalau Ia harus bersabar dan menunggu saat diminta.

Meskipun Oddy masih sering sekali nangis saat ku minta untuk bersabar, perlahan Oddy mulai mau menunggu dan bermain dengan dirinya sendiri saat aku melakukan aktivitas. Yakinkan saja pada diri sendiri, walaupun masih bayi, setiap anak itu pintar, dan kita dapat melatih sedari dini untuk mengasah empatinya kepada lingkungan sekitar. Untuk yang merasakan hal yang sama denganku, semangat ya buibuk!

2 thoughts on “Oddy, sabar ya nak.

Leave a comment